Selebriti Indonesia, Fuji, baru-baru ini mengungkapkan ketidaknyamanan terhadap prediksi yang dibuat oleh peramal Hard Gumay. Hard Gumay meramalkan Fuji berjodoh dengan Walikota Teddy, seorang ajudan Menteri Pertahanan Indonesia, Prabowo Subianto.
Dalam sebuah wawancara di kanal YouTube Denny Sumargo, Fuji menyatakan ia merasa aneh dan tidak nyaman dengan prediksi yang sifatnya personal tentang masa depannya tanpa persetujuannya. “Aku nggak perlu tau, aku nggak mau diramal,” tegasnya.
Fuji lebih lanjut menekankan bahwa dia tidak pernah mengizinkan siapapun untuk meramalkan masa depannya, baik terkait karier maupun kehidupan cintanya. Dia secara khusus menyebutkan ramalan jodoh dengan Walikota Teddy, “Ah, enggak lah. Aneh banget, sumpah.”
Insiden ini menyoroti pendirian Fuji tentang pentingnya menghargai batasan personal dan keinginannya untuk mengendalikan ceritanya sendiri. Dia secara konsisten menyatakan bahwa kehidupan pribadinya harus tetap privat dan tidak ingin kehidupannya menjadi spekulasi dan prediksi publik tanpa persetujuannya.
Penting untuk dicatat bahwa reaksi Fuji tidak jarang terjadi di antara orang-orang yang merasa privasi mereka telah diganggu. Banyak orang percaya bahwa masalah pribadi, seperti hubungan dan prospek masa depan, harus dirahasiakan antara individu yang terlibat dan tidak boleh dibagikan kepada publik tanpa izin tegas mereka.
Insiden ini juga menimbulkan pertanyaan tentang etika meramal dan potensi dampaknya terhadap individu, terutama ketika prediksi dibuat tanpa sepengetahuan atau persetujuan mereka. Sementara beberapa orang mungkin memandang meramal sebagai hiburan yang tidak berbahaya, itu juga dapat menyebabkan tekanan emosional dan kebingungan, terutama ketika prediksi dianggap mengganggu atau tidak akurat.
Sebagai kesimpulan, reaksi Fuji terhadap ramalan jodoh tersebut menyoroti pentingnya menghargai batasan personal dan hak untuk mengendalikan cerita diri sendiri. Ini juga menimbulkan pertanyaan tentang etika meramal dan potensi dampaknya terhadap individu.